Ikatan Yang Mengikat
Ikatan yang mengikat
Itulah keadaan saya ketika awal menapaki Ikatan ini. Tanpa ada asa dan kuasa sama sekali karena tidak adanya edukasi pada masa sebelumnya. Sehingga terasa hanya sebatas mengikuti alur tanpa pernah melawan bahkan mempercepat kehanyutan.
Laksana air yang mengalir bersama derasnya arus, tidak melawan tidak pula melangkahi.
Lantas kenapa saya bisa mempunyai bahkan meningkatkan asa itu dengan sendirinya,
Bukankah kebencian bisa diubah menjadi cinta, lantas apa yang menghalangi jika benci pun tak ada?
Itulah yang membuat saya bisa mencintai ikatan ini.
Itu adalah prosesnya, siapa yang membuat dan bertanggung jawab atas proses itu selain tuhan? Mereka adalah para pengkader kami, yaitu bidang perkaderan di tingkat ranting dari ikatan ini.
Yang dengan ilmu serta kemampuannya, mereka bisa menjadikan saya sebagai seorang Ipmawan yang akan mencoba proses pengkaderan ditingkat daerah.
Dalam benak saya sering termenung, apa jadinya jika saya tak pernah ikut andil bahkan tahu dan kenal dengan ikatan ini?
Bukankah disinilah yang mengajarkan kami shalat melalui bidang kajian dakwah islam?, lantas apakah saya bisa shalat sesuai tuntunan jika dahulu kakak pendahulu kami di ikatan ini tidak rela untuk berlelah – lelah mengajarkannya kepada kami dalam kegiatan forum ta’aruf dan orientasi?
Saya yaqin tidak. Karena saya yang dulu bukanlah penganut kuat induk dari ikatan ini.
Sering pula saya berandai, jika tanpa pendahulu kami yang sebaik itu, apakah saya akan pernah tahu apa makna dan fungsi dari induk ikatan ini
(Muhammadiyah)?
Saya kira tidak. Karena saya yang dulu memiliki asumsi bahwa Muhammadiyah adalah sebatas Allohummaba’id dan merupakan pesaing ringan dari Nahdlotul Ulama’ yang kuantitasnya jauh lebih besar.
Itulah dua hal yang membuat saya berpikir keras. Kenapa Tuhan membuat saya kenal dengan Ikatan ini, apakah Tuhan hanya ingin bersenang – senang dengan perbuatan-Nya
itu ?
Tetapi saya yaqin Tuhan tidak bodoh. Benang merahnya, pasti saya dihadirkan setidaknya untuk menjadi penggembira didalam ikatan ini.
Apakah Cuma itu? Saya lalu teringat semboyan dari Ikatan ini “Demi Pena, Dan Apa Yang Dituliskannya” (Al – Qolam 1 - 2) yang memiliki korelasi yang kuat dengan firman pertama-Nya yang Ia sampaikan melalui Nabi-Nya, kepada Umat-Nya atas perantara Ruhul Qudus nan suci tanpa dosa itu.
Didalam firman-Nya, Ia menyebutkan “Bacalah!, dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”. Mula – mula akal pragmatis saya menangkap bahwasanya kita diperintahkan membaca buku dan apapun yang bersifat tulisan.
Akan tetapi tidak, Ikatan ini mengajarkan kepada saya bagimana mambaca sifat dari Ipmawan yang lain sehingga kita bisa mudah melakukan dakwah secara kultural.
Tak hanya itu, Tuhan pun melanjutkan “Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.
Dulu saya memahami bahwa ini adalah ayat yang tidak ada korelasinya sama sekali dengan ayat sebelumnya. Tetapi Ikatan ini mengajarkan bahwa semuanya itu berawal dari yang kecil, lemah, tanpa asa dan pengaruh.
Ikatan ini memahamkan kepada saya bahwa maksud Tuhan adalah membaca itu harus berawal dari hal yang kecil, berlanjut dengan hal yang lebih tinggi hingga yang tertinggi. Bahwa hidup kita itu memiliki fase yang harus dilewati dan dinikmati tentunya. Sehingga kita harus membaca keadaan itu dengan cermat dan teliti agar bisa melewati dan menikmatinya.
“Bacalah!, dan Tuhanmu lah yang Maha Mulia” ini adalah peringatan halus akan bahaya membaca. Yang dapat melalaikan para pembaca yang sudah memiliki strata dan kualitas yang tinggi dan bermutu. Karena Tuhan Memberikan Ironi atas realita yang ada.
Seakan – akan Tuhan mengatakan “sepintar – pintarnya kamu setelah membaca, maka jangan pernah sekali – kali kamu menyombongkan diri masih akulah yang Maha Mulia,”.
Ikatan inilah yang membuat saya paham tentang hal ini. Karena acap kali saya temukan Ipmawan yang sombong dan Menafikkan kebenaran maka ia akan lengser dengan sendirinya.
Lalu Tuhan melanjutkan penjelasan-Nya “Yang telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Indah sekali ayat ini, seakan Tuhan ingin mengatakan “bahwa kamu tahu apapun itu dariku, akulah yang mengajarkannya padamu, maka tiada kata dan alasan yang membuatmu harus sombong dengan luasnya bacaanmu.
Karena yang kau tahu pastilah itu dariku seorang”
Ternyata Tuhan mengajarkan kepada saya sebagian dari Ilmu-Nya melalui Ikatan ini. Bagaimana menjadi seorang remaja yang agamis tetapi juga sosialis serta peduli akan lingkungan sekitar.
Banyak sekali yang Tuhan ajarkan kepada saya tentang esensi dari kehidupan di Ikatan ini.
Sehingga ikatan ini bagi saya lebih dari sebuah rumah, karena tidak sebatas mengajarkan bagaimana hidup didunia, tetapi juga mengajarkan bagaimana bisa menjadi insan yang cendikia didunia dan diakhirat.
Maa syaa Allah:)
ReplyDelete